4 Nelayan Aceh Hanyut ke Thailand Setelah 9 Hari Terombang-ambing di Laut
Table of Contents
Nelayan Aceh yang hanyut ke Thailand pada 2017 lalu |
Boat malang tersebut kemudian dihela oleh boat nelayan Thailand ke pantai Phang Nga, yaitu salah satu provinsi (changwat) di bagian selatan Thailand yang berhadapan langsung dengan Laut Andaman.
Provinsi Phang Nga bertetangga dengan provinsi Surat Thani, Ranong, dan Krabi. Di selatan provinsi ini terdapat pula Provinsi Phuket yang terkenal dengan keindahan pantainya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Nelayan Pintar yang berkantor di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Lampulo Banda Aceh, Sabri Ramli sangat mengahrapakan bantuan pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri untuk mempercepat pemulangan empat nelayan tersebut.
“Kami sangat mengharapkan bantuan Kementerian Luar Negeri untuk mempercepat pemulangan para nelayan tersebut,” kata Sabri Ramli,
Menurutnya, keempat nelayan tersebut merupakan anggota Koperasi Nelayan Pintar. Masing-masing bernama Arifin, kelahiran 1 Juli 1983 asal Simeulue; Muhammad, kelahiraan 1 Agustus 1987 asal Pulau Bungong, Kecamatan Batee, Pidie; Dedi Surianto kelahiran 1 Juli 1981 asal Gampong Rumah Panjang Susoh, Aceh Barat Daya; dan Dendi R, kelahiran 8 Agustus 1988 asal Calang, Aceh Jaya. Dendilah pawang (nakhoda) boat tersebut.
Menurut Murdani alias Doyok (48), Kepala Bagian Pengolahan Ikan pada Koperasi Nelayan Pintar, keempat nelayan yang merupakan anggota koperasi itu kini dalam keadaan sehat di Phang Nga, Thailand. Boat yang mereka tumpangi pun dalam keadaan baik, kecuali asnya yang patah.
Keempat nelayan itu, kata Doyok, juga sudah berkomunikasi melalui telepon dengan Ketua Koperasi Nelayan Pintar di Banda Aceh maupun dengan pihak keluarga mereka di Aceh. “Intinya mereka berharap bisa segera dipulangkan ke Aceh. Kami mendapat kabar, Kedutaan Besar RI di Bangkok segera menemui para nelayan asal Aceh itu untuk membantu proses pemulangan mereka,” kata Doyok.
Ia tambahkan, saat berangkat dari Lampulo tanggal 14 Agustus 2018, keempat nelayan itu membawa bekal makanan dan minuman lumayan banyak. Mereka targetkan untuk lima hari melaut, tapi bekal yang mereka bawa untuk sepuluh hari. “Itu sebab mereka mampu bertahan hidup meski terombang-ambing selama sembilan hari di laut,” kata Doyok.
Ia perkirakan, as boat itu patah semata-mata karena kuatnya hantaman ombak, bukan karena kandas oleh terumbu karang. “Mudah-mudahan kerusakan boat itu bisa segera ditangani di Thailand dan mereka bisa kembali ke Aceh dengan boat tersebut,” kata Doyok