Baru 8 Bulan Menikah, Suami Tinggalkan Istri di Rumah Gara-gara Percaya Isu Kiamat Sudah Dekat

Table of Contents
Suami Tinggalkan Istri Gara-gara Percaya Isu Kiamat Sudah Dekat

Sebagian warga di Desa Watubonang, Badegan, Ponorogo, Jawa Timur menjual tanah dan rumah dengan harga murah. Berkisar Rp 10-20 juta. Kabarnya, sudah ada 52 kepala keluarga (KK) telah meninggalkan Ponorogo dan pindah ke Malang.

Isu kiamat sudah dekat dan perpindahan warga Ponorogo ke Malang menjadi perbincangan di medsos. Kabarnya, kiamat bakal pertama kali terjadi di desa Watubinga, sehingga penduduknya hijrah ke Malang..

Radar Ponorogo (grup Jawa Pos/Pojoksatu.id) mencoba mengulik kebenaran informasi itu ke Desa Watubonang, Badegan, Ponorogo.

Warga Desa Watubonang, Katiyem mengatakan, anaknya telah ditinggalkan suaminya yang hijrah ke Malang bersama puluhan warga lain.

Menantunya itu pergi meninggalkan rumah Senin lalu (4/3) sekitar pukul 22.00. Putri Katiyem hanya ditinggali pesan bahwa suaminya pergi ke Malang. Menyusul rombongan lain yang sudah berangkat terlebih dahulu.

“Heran juga, baru saja nikah sama anak saya,” kata Katiyem, sebagaimana dilansir Radar Malang, Selasa (12/3).

Katiyem turut bersedih mengingat umur pernikahan anaknya baru delapan bulan. Pun belum dikaruniai buah hati. Si menantu berangkat saat hujan lebat dan hanya membawa pakaian.

“Gak bawa apa-apa, cuma bawa pakaian dan mungkin sejumlah uang. Anak saya sudah berusaha mencegah,” ujarnya.

Beruntung, si menantu tidak menjual harta sebelum pergi, seperti yang dilakukan warga lainnya yang telah hijrah ke Malang.

Tiga keluarga lain yang telah berangkat sebulan lalu, dikabarkan telah menjual tanah dan rumah beserta isinya. Hasil penjualan kabarnya digunakan untuk bekal menuntut ilmu di Malang.

“Sudah 16 KK (kepala keluarga) yang pergi ke Malang sejak bulan lalu. Berangkatnya tidak bersamaan. Kebanyakan membawa keluarga. Gak pamit juga,” kata Sogi (40), Kamitua Krajan.

Kaur pemerintahan desa setempat itu menyayangkan kepergian sebagian warganya dengan alasan yang masih misterius sampai kini.

Sogi membeberkan sedikitnya 52 warga telah hijrah. Perinciannya, 23 perempuan dan 29 laki-laki. Secara administrasi, mereka masih menjadi penduduk setempat.

“KTP-nya masih tetap warga sini. Karena tidak mengurus surat pindah,” terangnya.

Ditanya masalah yang melatarbelakangi, Sogi memastikan tidak ada masalah dengan tetangga. Dia justru menyebut mayoritas warga yang hijrah secara sosial berperilaku baik. Dengan pengetahuan ilmu agama mumpuni.

“Gak ada masalah. Mereka baik sama tetangga, begitu juga sebaliknya. Hanya, kami menyayangkan pergi tanpa pamit,” tuturnya.

Sedikit informasi yang diketahui Sogi, kepergian puluhan warganya hendak menuntut ilmu di salah satu pondok pesantren di Malang. Entah kapan akan kembali lagi. Pihak desa juga tidak diberi penjelasan.

“Yang jual rumah kami tanya jawabnya seperti itu. Nanti kalau balik ke sini terus tinggalnya gimana, kami juga tidak tahu. Yang jelas, mereka tidak mengurus surat pindah,” bebernya. *pojoksatu.id