Siapa sebenarnya Brenton Tarrant, Teroris penembak jamaah shalat jumat di Selandia Baru ? ini profilnya

Table of Contents
Siapa sebenarnya Brenton Tarrant, Teroris penembak jamaah shalat jumat di Selandia Baru

Kabar Aceh Online - Aksi penembakan brutal di sebuah masjid di Christchurch, Selandia Baru, membuat dunia berduka.

Seorang pria, secara brutal menembaki jamaah masjid yang akan melaksanakan Ibadah Salat Jumat.

Pelaku aksi biadab itu diidentifikasi bernama Brenton Tarrant.

Siapa sebenarnya Brenton Tarrant ?


Situs Heavy.com, sempat merunut soal siapa Brenton Tarrant, lewat manifesto atau pernyataan yang sempat ditulis oleh Brenton Tarrant lewat akun media sosialnya.

Dikutip dari Heavy.com, berikut 5 hal soal Brenton Tarrant :

1. Keluarga Miskin

Lewat manifestonya, Brenton Tarrant hanya menyebut dirinya pria biasa saja.

"(Aku) hanya orang kulit putih biasa, 28 tahun," tulis Tarrant di manifestonya.

"Aku lahir di Australia di keluarga miskin, kalangan pekerja kasar,"

"Orangtuaku berdarah Skotlandia, Irlandia, dan Inggris,"

"Masa kecilku berjalan biasa saja, tanpa ada hal-hal hebat,"

"Aku tak terlalu punya minat dengan sekolah, aku sangat jarang punya nilai bagus,"

"Aku adalah orang kulit putih biasa saja, dari keluarga biasa, yang akan melakukan aksi untuk memastikan masa depan orang-orang dari kaumku,"

2. Tak Merasa Bersalah

Tarrant diduga sudah didoktrin oleh kelompok radikal sayap kanan untuk membenci imigran dan orang-orang di luar ras Eropa atau kulit putih.

Di Twitter, ia memberikan sikap, bahwa serangan terhadap orang-orang non Eropa adalah sah.

Tarrant sempat ditanya, apakah dia tak melihat orang-orang yang terbunuh adalah orang-orang tak berdosa.

Tarrant menjawab, serangan terhadap orang-orang Non Eropa adalah perang.

Menurut Tarrant, dalam sebuah perang, tidak ada yang namanya 'orang tak berdosa'.

Tarrant juga sempat ditanya, apakah dia berencana selamat atau melakukan bunuh diri setelah melakukan serangan.

Tarrant menjawab, dia siap mati sebagai resikonya.

Tapi dia berniat untuk tetap hidup, sehingga dia bisa terus menyebarkan ajaran supremasi kulit putih yang dia yakini.

3. Putar Lagu Metal Saat Menyerang

Tarrant sempat merekam bahkan menyiarkan aksi penembakan biadabnya lewat Live Facebook.

Dilansir Heavy.com, saat menyerang, dia sempat memutar lagu metal dengan potongan lirik : “I am the god of Hellfire, and I bring you fire (Aku adalah Dewa dari Neraka, dan Kubawakan Kau Api),”.

Lirik ini berasal dari lagu berjudul Fire.

Lagu ini sempat dibawakan oleh musisi Metal seperti Ozzy Osbourne dan grup band metal asal Jerman, Die Krupps.

Lagu ini aslinya diciptakan oleh Grup Band Rock asal Inggris, The Crazy World of Arthur Brown, pada 1967.

Tarrant juga sempat memutar lagu berjudul Remove Kebab saat melakukan serangan.

Lagu ini dikenal sebagai lagu wajib mereka yang bergabung dalam kelompok sayap kanan kulit putih.

Isinya, adalah upaya untuk menyingkirkan kaum imigran dan orang-orang Islam dari Eropa.

4. Khawatir Soal Kulit Putih

Belum diketahui apakah Tarrant bertindak seorang diri, atau bergabung dengan kelompok sayap kanan kulit putih.

Tapi, lewat tulidsan-tulisannya di Twitter, Tarrant diduga melakukan aksi biadab karena khawatir berlebihan dengan nasib kulit putih.

Tarrant khawatir, jumlah orang kulit putih akan semakin terdesak.

Ia menyebut soal rasio kelahiran kulit putih yang rendah, di banding dengan jumlah imigran, terutama muslim, yang datang ke Eropa.

"Bahkan andai kita mengusir semua orang Non Eropa dari tanah kita, orang Eropa murni tetap akan menuju kepunahan," tulis Tarrant. Sumber
What Is a Class Action Lawsuit? A class action lawsuit is a claim in which a group of people collectively bring a complaint to court. These types of lawsuits are filed against a defendant by one or more plaintiffs on behalf of a group of “similarly situated” people. State and federal courts have their own procedural rules governing class actions. Most agree that the group must share similar injuries caused by shared circumstances that raise the same legal issues. The court must determine that there are sufficient similarities and that separate lawsuits would be impractical or burdensome. Then it will certify the group as a class and allow them to litigate their case collectively. Class action lawsuits involving mesothelioma and asbestos began surfacing in the late 1960s. At the time, the public had just become aware of the serious health hazards of asbestos exposure. Since then, judges have resorted to a number of procedural methods to manage asbestos claims that now number in the millions. History of Mesothelioma and Asbestos Class Actions U.S. District Court for the Eastern District of Pennsylvania About 20 years after the first mesothelioma and asbestos class action lawsuits were filed, the number of cases grew to about 20,000. As awareness increased and doctors diagnosed more people with mesothelioma, the number of claims escalated to 750,000 in another 20 years. Judges were aware of the overwhelming number of claims and the difficulty of managing so many. In 1991, federal asbestos cases were consolidated in the U.S. District Court for the Eastern District of Pennsylvania for pretrial purposes. Multidistrict asbestos litigation continues to be heard in this court, and is known as MDL 875.