Prostitusi Online di Aceh, Mantan SPG Rokok Layani Bapak-Bapak Kontraktor, Tarif 2,3 Juta Sampai Pagi

Table of Contents
ilustrasi psk di aceh
ilustrasi


Di tengah wabah pandemi, praktik prostitusi online tak hanya terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Kini, praktik bisnis esek-esek itu terus merambah di kota-kota kecil. Tak terkecuali di Provinsi Aceh. Tak tanggung-tanggung, wanita penjaja kenikmatan sesaat ini berseliweran di media sosial seperti Facebook dan Michat. Lewat aplikasi itu, mereka menawarkan jasa cinta satu malam.

Dalam praktiknya, mereka mematok tarif bervariasi. Untuk menjaga kerahasiaan identitasnya, nama dan foto mereka disamarkan agar tidak mudah dikenali oleh banyak orang. Di laman statusnya, mereka secara terang-terangan menyatakan siap diajak kencan. Lewat status medsos besutan Cina itulah, mereka biasanya menulis status seperti “Open BO, ST/LT, stay Hotel, ready, No bas abasi/bacot, hingga melayani yang serius”.

Modusnya pun beraneka ragam, mulai siap melayani panggilan hotel atau penginapan, ada juga yang mengadakan janji di sebuah tempat sebelum mencari penginapan.

Seorang wanita malam yang berhasil ditemui ACEHJURNAL.COM di awal November 2020 lalu, sebut saja Bunga (bukan nama sebenarnya). Sebelum terjun ke bisnis lendir tersebut, Bunga mengaku bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) di salah satu pabrik rokok. Bisnis ditekuninya saat masih mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi ternama di kota Banda Aceh.

“Saat itulah, banyak pelanggan rokok yang langsung memesan rokok lewat saya. Bahkan mereka sengaja pesan per slop dan ujung-ujungnya ajak kenalan dan minta no Hp atau WA,” kenang Bunga.

Kenalan itulah menjadi awal dirinya terjerumus ke dalam dunia malam. Pasalnya, pelanggan rokok yang kategori berkantong tebal ini mengajaknya liburan ke luar daerah. Awalnya, gadis berparas India ini sempat menolak. Alasannya masih berkenalan dekat atau sibuk dengan tugas kuliah. Namun karena diimingi-iming bayaran besar, hati Bunga luluh ke pelukan pria berkepala empat tersebut. Di penghujung tahun 2016 lalu, ia merelakan kegadisannya dijamah oleh si pria tersebut di salah satu hotel berbintang.

“Setelah itu, tiap bulan dia minta jatah sekali. Mulai biaya kuliah, kos dan shopping pun dia tanggung,” katanya lagi.

Namun, hubungan affairnya dengan pria yang berprofesi sebagai salah satu kontraktor kandas di medio 2018. Hubungan haram mereka pun terbongkar. Keduanya dipergoki  oleh keluarga si pria tersebut di salah satu hotel di kota Medan. Akibat peristiwa itu, Bulan akhirnya memutuskan diri minggat dari rumah orang tuanya. 

Untuk menyambung hidup, Bulan awalnya sempat bekerja di salah satu cafe di pinggiran kota Banda Aceh. Namun karena bayarannya relatif kecil, gadis kelahiran tahun 1998 ini kemudian bergelut diri menjadi pejaja seks. Ini dikarenakan tidak ada pemasukan, tabungannya juga kian menipis, namun kebutuhan hidup jalan terus.

“Awalnya sih diajak teman dan dikenalin sama bapak-bapak. Lama kelamaan udah banyak kenalan, jadi udah gampang sih,” tambahnya.

Untuk sekali kencan, Bunga mematok harga mulai Rp 800 ribu. Harga itu sudah termasuk biaya sewa kamar. Untuk kencan hingga ayam berkokok, Bunga mematok tarif Rp 2,3 juta. Namun ada juga tamunya yang bersedia memberinya uang lebih. Ini sebagai imbalan sip ria yang telah dianggap memberikan kepuasan biologisnya.

Di masa pandemi saat ini, memang membuatnya sedikit ada rasa takut, sehingga dirinya menerapkan aturan khusus terhadap tamunya. Salah satunya adalah mandi sebelum bermain.

“Kalau takut sebenarnya juga takut, tetapi saya yakin tamu yang datang juga bersih, mereka juga tidak mau ambil risiko,” katanya lagi.

Selain itu, cara lain yang dilakukan para penjaja kenikmatan sesaat ini adalah dengan membatasi jumlah pelanggan. Tidak hanya itu, dia juga mengaku tidak selalu stay di satu tempat. Hal ini dilakukan untuk menghindari razia yang gencar dilakukan oleh petugas.

“Makanya saat pesan kamar, kita selalu komunikasi sama resepsionisnya untuk memantau keadaan,” katanya lagi.

Malam semakin gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Telepon genggam miliknya berdering. Bunga segera berpamitan. Ia segera beranjak dari tempatnya menuju ke arah mobil Pajero yang tak jauh dari sepelemparan batu.

“Kalau ada waktu, kita ngopi lagi ya,” ucapnya sambil berlalu.